Call +62 214415609
WHAT'S NEW?
Loading...

Peluang Terapis Wicara Masih Terbuka Luas

Program studi terapi wicara di pendidikan tinggi ilmu kesehatan masih belum banyak diminati para siswa. Padahal, terdapat banyak peluang kerja bagi ahli terapis.

"Di Indonesia saja baru ada lima ratus terapis, Hampir separuhnya bertugas di Jakarta. Sementara Jawa Barat cuma memiliki empat belas ahli terapi wicara," ucap Direktur Utama Politeknik Al Islam Bandung, dr. Hj. Oemy R. Syarief, M.M., BAT., seusai acara Penerimaan Mahasiswa Baru Politeknik Al Islam Tahun 2010, di Bandung, Kamis (30/9). Minimnya tenaga terapis wicara itu, menurut dia, masih berkaitan dengan belum terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan di daerah-daerah. Selain itu, penyebaran terapis wicara ini masih sama dengan penempatan tenaga kesehatan lainnya, yang baru memenuhi kebutuhan kota-kota besar.

"Bedanya, terapis wicara belum sebanyak tenaga kesehatan lain, jadi peluang bersaing masih kecil. Bahkan persaingan dengan tenaga kesehatan, asing nyaris tidak ada, karena terapis wicara ini dibutuhkan yang ber-bahasa Indonesia," ucap Oemy, yang menerima 21 mahasiswa baru Prodi Terapi Wicara Politeknik Al Islam pada tahun 2010 ini.

Di dunia kesehatan, terapi wicara ini merupakan upaya membantu seseorang mengatasi kesulitan berbicara seperti cadel (kesulitan mengucap huruf T), gagap, aurisme, atau kesulitan berkomunikasi bagi orang normal, dan masih banyak lagi. Kesulitan dan kekurangan itu dapat dicegah dengan terapi wicara.

Dengan terapi wicara, anak-anak dilatih untuk mengatasi kelancaran bicara. Hal ini dapat diantisipasi sejak bayi lahir, dengan metode pengenalan anak melalui reflek hisapannya. Sementara bagi orang lanjut usia, terutama yang terkena stroke, terapi akan membantu hingga dapat berbicara cukup lancar, meskipun tidak akan sesempurna seperti ketika orang itu sehat.

Hal senada dikemukakan Ketua Yayasan RS Al Islam Bandung, Prof. Dr. Hj. Tad S. Joesron. Ia memperkirakan kebutuhan akan tenaga terapis wi-cara akan terus bertambah. (A-196)***



0 komentar:

Posting Komentar