Call +62 214415609
WHAT'S NEW?
Loading...

Bagwanto, Ayahku, Temanku dan Teladanku

Sebuah kesaksian dari seorang ayah yang memiliki anak remaja autis pada diskusi para orang tua (Parents Support Group – College of Allied Educators Indonesia).

Apapun keadaan sang anak, figur ayah sangat penting dalam membantu tumbuh kembang anak. Ayah menjadi pengayom, pelindung, dan tempat bagi anak untuk mendapatkan ketenangan, sekaligus penuntun kala sang anak mendapat kesulitan karena keterbatasan yang mereka miliki. Memiliki anak berkebutuhan khusus memang berbeda, tapi dengan kesungguhan hati dan rasa cinta yang dalam, anak akan menjadi berkat buat keluarga.

Kesimpulan itulah yang bisa ditarik dari kesaksian Bagwanto dalam diskusi orang tua (Parents Support Group) yang diselenggarakan College of Allied Educators Indonesia, 17 September 2011 lalu. Bagwanto adalah seorang ayah dari tiga orang putra dengan anak sulungnya – Adi – menyandang autisma. Adi kini berusia 18 tahun. Ia memperoleh pendidikan dengan kurikulum homeschooling dan kini duduk di kelas 12 SMA.

Meski mengalami keterlambatan pertumbuhan di area kognisinya, dengan pendampingan ekstra dari kedua orang tua, Adi terus mendapat bimbingan untuk bisa mengerjakan tugas-tugasnya sendiri dan semakin mandiri dalam tanggung jawabnya.
Peran ayah, menurut Bagwanto, sangat krusial dalam membangun suasana keakraban dan kehangatan yang dibutuhkan anak, terutama bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki kecenderungan mudah gelisah (gangguan kecemasan). Untuk itu perlu ada kegiatan bersama antara anak dengan orang tua baik di rumah, maupun di luar rumah, yang memang harus selalu diciptakan untuk membantu dan membimbing sang anak dalam menghadapi pelbagai situasi.

“Salah satu yang penting ketika saya membesarkan Adi adalah kegiatan bersama seperti naik sepeda bareng-bareng, berenang, dan lain-lain. Saya tidak bisa berenang pada awalnya. Gara-gara anak, saya jadi bisa berenang. Ketika mendampingi anak, kita mau tidak mau harus terlibat dan belajar untuk itu agar saya bisa temani anak,“ jelas Bagwanto sambil menunjukkan foto-foto dirinya berenang bersama Adi.
Sudah seharusnya dengan menjadi ayah, seorang laki-laki  harus rela memberikan dirinya bagi keluarganya. Seorang ayah harus bisa memberikan waktu untuk anaknya dan tidak egois mencari kesenangan sendiri. Kualitas waktu anak dengan orang tua memang sangat penting, tapi dalam hal pendampingan kepada anak berkebutuhan khusus seperti Adi, Bagwanto menganggap kuantitas waktu bersama juga penting untuk membantu membangun karakter dan kepercayaan diri sang anak.

Untuk memaksimalkan kuantitas waktu bersama anak, menurut Bagwanto, perlu ada kerja sama antara suami dan istri. “Berbagi tugas antara suami dan istri memang perlu ada, tapi usahakan tidak usah seperti di kantor, ada job description-nya – ini tugas suami, ini tugas istri. Semuanya harus saling bantu. Memang ada urusan tertentu yang menjadi hak veto suami, karena istri tidak mungkin menjalankannya. Tetapi kerja sama untuk banyak hal, lebih baik daripada memisah-misahkan tugas,” ujar Bagwanto.

Acara diskusi Parent Support Group kali ini dihadiri 25 orang. Hampir semua peserta yang hadir adalah orang tua dari anak berkebutuhan khusus. Mereka saling berbagi cerita tentang pengalaman bersama anak-anak spesial mereka. Memang tidak mudah mendengar cerita mereka, tapi kebersamaan yang timbul dalam PSG ini paling tidak mampu meringankan beban para orang tua tersebut satu sama lain.
Ref. Artikel 

0 komentar:

Posting Komentar